Parenting
Si Kecil Memiliki Imaginary Friend, Normalkah?
Akhir-akhir ini, anak bungsu saya Trisha yang berusia 3 tahun seringkali terlihat berbicara sendiri. Saat saya tanya, ia bilang sedang berbicara dengan Kakak Pink. Pernah juga ia melarang saya untuk berbaring di tempat tidur karena katanya Kakak Pink, Kakak Orange, dan Kakak Ungu lagi tidur di tempat tidur saya. “Nanti mereka ketimpa, Ma,” serunya. Rupanya Trisha memiliki imaginary friends, dan favoritnya adalah Si Kakak Pink karena paling sering disebut. Terus terang saja, saya baru kali ini mengalaminya, anak pertama saya Tristan tidak pernah memiliki imaginary friend. Lalu saya mulai mencari tahu, mengapa balita memiliki imaginary friend dan apakah hal tersebut normal? Yuk simak pembahasan Smart Mama berikut.
Mengapa Anak Memiliki Imaginary Friend?
Mamas, ternyata ada beberapa alasan mengapa Si Kecil memiliki teman khayalan:
- Teman khayalan dapat menemani Si Kecil saat ia merasa kesepian karena terkadang teman ‘asli’ tidak selalu dapat menemaninya. Di rumah saya memang tidak ada anak sebaya Trisha, gender pun berbeda, karena anak saya yang pertama adalah laki-laki, sehingga teman khayalanlah yang menemaninya.
- Teman khayalan bisa diajak bermain apa saja tanpa complain, sementara teman ‘asli’ bisa jadi enggan diajak bermain yang Si Kecil suka.
- Teman khayalan dapat membantu Si Kecil untuk menjadi tameng saat ia tidak menyukai sesuatu. Contohnya, saat ia tidak menyukai makanan yang Anda berikan atau baju yang dipakaikan untuknya, ia akan bilang teman khayalannya yang tidak suka. Atau sebaliknya, jika ia menginginkan sesuatu, ia akan bilang teman khayalannya menginginkan barang tersebut.
- Di saat Si Kecil merasa tidak nyaman atau baru beradaptasi dengan lingkungan baru, teman khayalan dapat membantunya merasa nyaman dan lebih tenang karena ia merasa ada teman disampingnya. Hal ini juga terjadi saat ia belajar tidur sendiri. Si Kecil akan merasa ada Sang Teman Khayalan yang menemaninya sehingga ia menjadi lebih berani.
Normalkah?
Jangan khawatir Mamas, hal tersebut sepenuhnya normal, bahkan menurut Patricia Henderson Shimm, seorang penulis dan parent educator, hal tersebut menandakan ia sangat kreatif. Namun saat ia menggunakan teman khayalannya sebagai kambing hitam misalnya menumpahkan sesuatu, cobalah tidak bereaksi keras. Bilang saja ia harus membantu ‘temannya’ tersebut untuk membersihkan sesuatu yang tumpah tersebut. Anda juga tidak perlu mencoba menghilangkan ‘Sang Teman’ dari kehidupannya, justru Anda harus ‘mengundang’ nya saat makan atau bepergian. Banyak orangtua khawatir dengan adanya teman khayalan, Si Kecil sulit untuk berteman dengan teman ‘asli’. Namun hal tersebut tidak terbukti, Si Kecil dapat memiliki keduanya kok Mams, teman khayalan dan teman ‘asli’ sekaligus. Dan balita memiliki kemampuan untuk memilahnya. Fase ini akan lewat dengan sendirinya seiring dengan bertambah dewasanya Si Kecil. (Karmenita Ridwan/LD/Photo: istockphoto.com)